NUSANTARA HEBAT.CO.ID — Himpunan Mahasiswa islam adalah himpunan yang berfungsi sebagai organisasi Kader. Di tengah derasnya arus rutinitas organisasi, pelaksanaan forum kaderisasi hari ini sering kali hanya menjadi ritual tahunan yang dijalankan tanpa kesadaran nilai. Banyak yang merasa cukup hanya dengan menjalankan forum sesuai format, menyusun jadwal, dan menghadirkan instruktur. Tapi pertanyaannya: masihkah kita mengader? Ataukah hanya sedang mempertahankan tradisi kosong yang kehilangan makna?
Apa yang kita hadapi hari ini bukan hanya tantangan teknis, tapi tantangan kultural.
Dalam banyak forum, peserta hadir bukan untuk belajar, tapi untuk lulus. Instruktur tampil bukan untuk membentuk, tapi untuk mengisi sesi. Panitia bekerja bukan karena tanggung jawab ideologis, tetapi karena ingin pengalaman organisasi.
Seperti yang dikritik Paulo Freire (1970), pendidikan yang hanya memindahkan pengetahuan tanpa membangkitkan kesadaran adalah pendidikan yang menindas. Hal yang sama bisa terjadi dalam forum kaderisasi: ketika kader hanya di beri materi tanpa ruang bertanya, bertumbuh, dan menggugat.
Forum perkaderan kini rentan terseret dalam logika kuantitas dibanding kualitas. Kita lebih bangga meluluskan ratusan peserta, ketimbang memastikan satu-dua kader benar-benar mengalami transformasi nilai. Kita lebih sibuk mencetak sertifikat, daripada mencetak kesadaran.
Kultur seperti ini menciptakan kader yang cepat naik jenjang, tapi dangkal pemahaman. Berani tampil, tapi tak tahu arah perjuangan. Dalam istilah Zygmunt Bauman, ini adalah bentuk dari “masyarakat cair” — di mana segala sesuatu menjadi ringan, cepat, tapi rapuh dan tak berdasar ([Bauman, 2000]).
Jika kita ingin menyelamatkan kaderisasi dari jebakan kultur formalistik, maka kita harus berani melakukan perlawanan kultural. Bukan perlawanan fisik, tapi perlawanan nilai. Kita harus berani menyuarakan bahwa forum yang baik bukan yang ramai peserta, tapi yang menumbuhkan kesadaran. Bahwa kader bukan hanya hadir secara fisik, tapi juga hadir secara intelektual dan ideologis.
Merebut kembali nilai kaderisasi berarti menolak untuk tunduk pada kultur yang kosong makna. Dan untuk itu, kita semua panitia, instruktur, peserta harus menjadi bagian dari perlawanan.
Perlawanan untuk kembali memaknai, kembali mendidik, dan kembali membentuk manusia yang berkualitas.
Penulis : Jasirah